Total Tayangan Halaman

Senin, 31 Oktober 2011

UTS Gasal2011/2012_ETIKA BISNIS


PostDateIconJune 6th, 2011 | PostAuthorIconAuthor: santirianingrum
Oleh: Tuhu Nugraha Dewanto
Artikel sebelumnya tentang social commerce yang ditulis oleh Meisia Chandra, sudah membahas mengenai tren 2011 sebagai era social commerce. Isu yang diangkat lebih banyak menggali mengenai Facebook Like, sebagai medium social commerce. Aplikasi ini memang sangat populer, dan dapat dianggap sebagai salah satu tonggak penting yang berkontribusi pada pouplaritas social commerce.
Namun yang perlu diingat social commerce, seperti definisinya adalah sebuah konsep e-commerce yang memungkinkan konsumennya berinteraksi, difasilitasi oleh social media, misalnya Facebook, atau aplikasi lainnya yang memungkinkan interaksi sosial sesama konsumen. Artikel yang sangat komprehensif tentang bagaimana social commerce bekerja, dan contoh-contoh aplikasi pendukungnya, terangkum dengan sangat bagus di artikel ini
Social commerce diperkirakan akan menjadi tren berikutnya di social media. Pemilik merek ke depan bukan hanya berbicara tentang engagement, dan membangun komunitas, ketika berbicara tentang social media.Perkembangan berikutnya,  lebih jauh lagi konsumen bisa diajak bertransaksi di online, atau paling tidak dipicu untuk melakukan transaksi dengan berkembangnya aplikasi-aplikasi social commerce yang memungkinkan hal ini.
Artikel ini tidak akan banyak membahas mengenai aplikasi apa saja yang bisa diimplementasikan ke dalam website agar dikategorikan sebagai social commerce.Saya lebih tertarik untuk berdiskusi, konsep fitur seperti apa yang seharusnya dibangun berdasarkan consumer insight, yang menghambat konsumen online secara psikologis untuk melakukan transaksi online terutama dalam konteks konsumen Indonesia.
Pertama, konsumen Indonesia punya sejarah yang kurang baik mengenai e-commerce, misalnya kasus penipuan, fraud kartu kredit, dll menyebabkan konsumen di online hanya mempercayai website e-commerce yang mereka kenal dengan baik, dan penjualnya mereka kenal secara personal, maka yang berkembang kemudian adalah e-commerce yang berbasis komunitas, misalnya Kaskus. Oleh karena itu apabila Anda ingin membuat bisnis e-commerce, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membangun komunitas pembeli, maka pikirkan aplikasi social commerce apa saja yang akan memungkinkan konsumen berkomunitas dan bersosialisasi.
Kedua, konsumen di offline sering kali meminta teman untuk memberikan pendapat atau rekomendasi sebelum memutuskan membeli sebuah produk, karena pada dasarnya konsumen perlu “persetujuan” dari orang lain tentang produk yang mereka konsumsi.
Bayangkan ketika konsumen harus berbelanja via online, pilihan yang ditawarkan jauh lebih banyak dibandingkan di offline dan mereka bisa membandingkan begitu banyak website dan produk hanya dengan satu klik. Banjir pilihan dan informasi justru membuat konsumen mengalami kebingungan.
Aplikasi-aplikasi di website harus memberikan kemudahan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Social media sangat membantu dalam hal ini, misalnya mereka bisa meminta temannya untuk memberikan nasihat apakah produk ini bagus atau tidak menurut mereka. Atau mereka bisa mengintip dari FB “likes” di produk tersebut siapakah di antara teman-temannya yang menyukai produk yang sama. Apabila Sang Teman dianggap mempunyai otoritas, atau seleranya sama dengan dirinya ini akan memudahkan konsumen mengambil keputusan.
Ketiga, persoalan berbelanja terutama produk tertentu, misalnya fashion, bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar, tetapi perlu diingat ada juga kebutuhan sosial terutama di konsumen Indonesia yang sangat mementingkan pengakuan sosial. Ketika mereka berbelanja di offline, kebanggaan keluar dari gerai Nike plus menenteng kantong belanjaan bagi beberapa orang adalah sesuatu yang lebih penting karena ini pengakuan bahwa dia mampu membeli sepatu sekelas Nike.
Aplikasi social commerce yang dibangun harus juga peka terhadap fenomena ini. Dengan meledaknya social media terutama Facebook, seharusnya bisa dibangun sebuah “ruang pamer” yang memungkinkan konsumen untuk memamerkan belanjaannya  ke teman-temannya.
Menurut saya sebuah social commerce harusnya menjawab tiga permasalahan ini, dengan memanfaatkan semua aplikasi yang memfasilitasi mereka, dan membuat mereka merasa lebih nyaman untuk berbelanja via online. Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda punya tambahan insight konsumen lain yang menarik? Mari kita berdiskusi.

Sumber:  http://www.virtual.co.id/blog/internet-marketing/memindahkan-pengalaman-belanja-offline-ke-online-via-social-commerce/
*      Posted in Ekonomi


Ulasan :

Dari artikel yang saya salin dari blog http://santirianingrum.dosen.narotama.ac.id/2011/06/, sangatlah menarik untuk di ulas. Dalam artikel tersebut digambarkan bagaimana ke depannya suatu social commerce diperkirakan akan menjadi tren berikutnya di social media.

Yah, social ecommerce atau bisa dikatakan berdagang atau berniaga melalui internet, di mana antara pembeli dan penjual tidak bertemu secara lansung untuk melakukan akad jual beli, ke depannya  akan menjadi suatu hal yang sangat biasa, bukan sesuatu yang wah lagi. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, bagi seorang pekerja yang tidak mempunyai banyak waktu untuk berbelanja. Tentu saja bagi si pekerja dengan  keterbatasan waktu yang dia miliki tentunya dia akan berpikiran sesuatu yang praktis, efisien, simple, tidak ribet.

Namun perlu dicatat, selain dampak positif yang dirasakan dengan adanya social ecommerce, kita juga harus berhati-hati terhadap dampak negatif yang bisa ditimbulkan, diantaranya kasus penipuan, fraud kartu kredit, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi kita, konsumen bila ingin melakukan social-ecommerce, maka sebaiknya pertama, kita bisa searching dan melakukan test-drive terlebih dahulu terhadap suatu web e-commerce, kecuali bila kita telah mengenal dengan baik web ecommerce tersebut. Kedua, dengan melalui social ecommerce, kita akan dihadapkan dengan berbagai macam penawaran produk dari seluruh belahan dunia sehingga akan membuat kita mempunyai banyak pilihan dan  tatkala terkadang membuat kita bingung juga dibuatnya. Oleh karena itu, pastikan dengan benar dan mantap pilihan kita akan suatu produk dan pastikan bahwa produk yang dibeli sesuai dan benar dengan spesifikasi di web ecommerce.

Selain hal tersebut di atas, ada juga hal yang harus kita perhatikan sebagai seorang konsumen yang akan melakukan social ecommerce yaitu faktor keamanan. Benar, ketika melakukan transaksi niaga melalui online atau internet, kita sebagai konsumen harus memperhatikan betul faktor keamanan dari web ecommerce yang akan kita gunakan. Cek atau periksa di web ecommerce tersebut apakah ada jaminan terkait hal tersebut. biasanya ditandai dengan Paypal, dan sebagainya.

Dengan social ecommerce, dari sisi penjual tentu saja akan menambah pangsa pasar. Namun harus diingat bagi seorang penjual bahwa semakin besar pangsa pasar yang dimiliki, maka iklim persaingan akan semakin ketat. Oleh karena itu, penjual harus pandai mengatur strategi yang jitu sehingga konsumen dapat dengan mudah, nyaman dan aman bertaransaksi sekaligus percaya bertransaksi dengan web ecommerce milik kita.




Itulah ulasan terkait social ecommerce. Terima kasih.

Nama               : Ni’matus Sholihah
NIM                : 01109050
Fakultas           : Ekonomi
Jurusan            : Akuntansi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar